Minggu, 26 September 2021

kita dan orang tua

Tetiba pengen nulis tentang keluarga (home).
Tentang anak-anak yg dirawat dan dibesarkan orang tua, namun, di usia mereka yang beranjak dewasa, satu persatu memilih pergi, merantau, meninggalkan orang tua yang semakin hari semakin renta. 
Belakangan yang lagi ramai dibicarakan, salah satunya tentantang orang tua yg tidak memiliki hak untuk mengatur hidup anak ketika mereka telah dewasa. Anak dilahirkan bukan untuk ajang berbalas budi. Sudah selayaknya anak mandiri dan memilih jalan mereka, tanpa harus merasa bersalah meninggalkan orang tua seorang diri. 
Gimana menurut kalian? 
Saya pribadi jujur sering memikirkan hal ini, berat rasanya untuk memilih pergi keluar dari rumah, karna ga tega melihat ibu yg diusia nya sekarang harus membersihkan rumah, memasak, mengurus pakaian, dan segudang kesibukan lain nya seorang diri. Dan kemaren sempat berkunjung ke rumah saudara. Melihat beliau yang sudah berusia mengurus orang tua yang dalam masa pemulihan. Hati ini goyah. Terharu, sedih, kasihan, bangga, campur aduk. "Ini enak nya kalo punya anak gadis" kata2 yg terucap, ketika saya membantu beliau membersihkan piring di dapur. Membayangkan ibu di rumah, seandainya saya memilih untuk pergi kembali ke kota yg saya rindukan, mungkin kerepotan dan kesulitan yg akan didapatkan. 
Disatu ketika, saya pulang dari pasar, menggunakan kendaraan umum. Seorang nenek yg sudah tua, bungkuk, membawa tongkat dan sekeranjang barang bawaan. Diusia renta nya, nenek ini masih harus naik angkot, untuk memenuhi kebutuhan harian nya. Langsung kabayang orang tua di rumah. Dalam hati saya mengutkan diri agar tidak meneteskan air mata di angkot, nenek ini mungkin sedang merasa bosan di rumah dan ingin menghabiskan waktu mengenang masa muda nya. Tapi tetap, air mata ini tetap mengalir. But thanks to masker dan kaca mata, yg bisa menyamarkan tangisan ini.
Sang nenek turun dari angkot, dibantu para penumpang lain, syukur alhamdulillah, masih banyak orang baik disekitar kita. Sang supir angkot pun mengratiskan perjalanan nenek tua ini. 
Atau mungkin dikesendirian mereka di usia renta, cukup dengan mendengarkan suara anak cucu yg jauh disana, cukup menghibur dan memberi warna bagi hari tua nya. Tapi kadang, sebagai anak, cucu, atau menantu, sering merasa itu mengganggu, entah menggaggu waktu mereka, atau takut mengganggu waktu istirahat orang tua nya. Dan akhirnya memilih tidak langsung menghubungi, tertunda dari waktu kewaktu, arau dihubungi sesingkat-singkatnya.
Pilihan untuk terus berada di "dekat" orang tua, mungkin dapat menimbulkan banyak perdebatan. Dalam pandangan orang lain mungkin sang anak dianggap manja, ga bisa jauh dari ketiak orang tua, tidak mandiri, dll. Mengabdi ke orang tua, membalas jasa orang tua, apa cukup dengan gaji yg kita terima, diberikan kepada mereka sepersekian nya?
Ngga. Namun mungkin, ini juga salah satu dampak luka masa lalu yg berbalik melukai mereka. Dimana, semasa kecil dulu orang tua sibuk, dan hampir tak punya waktu bersama sang anak. Jarak yg terbangun antara mereka pun dibatasi dinding tembok tinggi, sehingga kadang hanya ada perintah dan larangan. Anak tidak diajak berdiskusi atas satu pilihan, pandangan mereka tidak pernah diperhitungkan. Hal ini bisa menjadi "karma" bagi orang tua. Sehingga diusia dewasa nya mereka cendrung memperlakukan orang tua seperti apa yg mereka dapat di masa kecil dahulu. Tidak semua anak begitu, namun ada beberapa. Ini bisa menjadi pelajar bagi kita, sebagai anak, calon orang tua, ataupun telah menjadi orang tua, berperan lah dengan baik, sesuai dengan tuntunan yang ada. Belajar mengenai ilmu psikologis, belajar bagaimana Nabi, sahabat sahabiyah, alim ulama bahkan mempelajari nya dari orang-orang hebat (yg berbeda agama) itu boleh. Ambil yang baik dan tinggalkan yg tidak sesuai dg tuntunan agama kita (quran dan hadis). Posisikan diri kita dengan baik, sesuai dengan  posisinya. Penempatan yg benar akan memudahkan kita masuk kesemua golongan, dan akhirnya bisa memberikan kebahagian bagi orang-orang disekitar kita. 

Thanks for reading. Please text me down bellow (comment box) jika ada masukan atau kritikan dari tulisan ini. Atau jika ada yg ingin memberi tambahan sangat diperbolehkan mengisi di kolom komentar.

Good night and have a nice dream all...

With 💕

Rabu, 23 Juni 2021

insecure~

Dear,
Beberapa hari yang lalu saya mendapat beberapa pertanyaan yang membuat saya sadar akan betapa berharga nya diri kita. 
"Apa yang membuat mu berhasil keluar dari masalah terbesar mu?" Beberapa saat saya sempat terdiam, mencoba menggali memory masa lalu, apa masalah terbesar di hidup saya selama 20 tahun mulai mengenal dunia. Satu, satu hal yang terlintas, dari kecil saya merasa insecure dengan diri sendiri. Mungkin bisa di bilang sejak sd masalah ini menghantui saya. Insecure dg bentuk tubuh dan merasa I'm not a good girl. Bertubuh besar dan lebih tinggi di banding teman-teman seusia saya membuat saya tidak pd. Saya tidak mendapat dukungan dari lingkungan terdekat untuk bangkit dan percaya pada keindahan diri bukan berati memiliki fisik yang sempurna. Saat ini saya baru menyadari, kenapa dulu memiliki sifat yg tertutup. Sampai suatu saat, di kelas 2 smp, saya berani kan diri untuk mengungkapkan apa yg menjadi ganjalan di hati ke salah satu guru favorit saya. Bahkan ustazah sudah menangkap, kalo ada yg salah dg diri ini. "Kamu butuh bantuan psikolog". Dan sampai sekarang saya merasa bahwa ucapan itu bener, harusnya saya ikuti saran dari beliau. Namun saat itu, jawaban yg saya dapatkan, kamu ga sakit jiwa, ga perlu ke psikolog. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi membahas masalah ini. 
Sampai suatu titik, Allah izinkan saya menjadi bagian dari mahasiswa UI. Alhamdulillah, wa Syukurillah. Saya dipertemukan dengan teman-teman yang hebat, lingkungan kampus yg supportif, sampai lingkungan kosan yg luar biasa.
Mungkin kondisi juga yg membuat saya bisa keluar dari sisi introvert ini. Saya dipaksa untuk siap menghadapi kerasnya ibukota. Pernah suatu ketika, saya dan teman janjian untuk ketemu disebuah mall, kami pulang sekitar jam 9 malam, dan bagi saya yg awam dan belum pernah keluar malam apalagi di tempat baru, merasa benar2 takut. Kami masing2 memesan ojek online karna arah kosan yg berbeda. Dan yg terjadi, ojol saya datang sangat lambat dan saya ditinggal sendiri oleh teman saya. Kali pertama, ketakutan ini menghasilkan banyak spekulasi. Alhamdulillah, saya sampai kosan dg selamat, dan selama perjalanan mata ini ga lepas dari google maps. Thanks to Eme yang udah membentuk saya jadi pribadi yg lebih berani dan lebih siap menghadapi kondisi baru. Banyak hal yg saya dapat dari Eme, naik krl pertama kali pun eme yg ngajarin, maklum anak daerah baru pertama ke kota besar seorang diri.
Eme dan Nims adalah salah dua teman kelas terbaik yang berhasil membawa saya keluar dari zona intro ini.. 🤗
Disisi lain ada, ada kk je dan maya, kami bertiga disatukan dalam sebuah divisi, divisi makan-makan untuk sebuah acara seminar😂. Kedekatan kami bermula dari cicip mencicipi satu makanan ke makanan lain nya. Jalan ke satu resto ke resto lain nya. Ngga nyangka persahabatan ini terbentuk sangat cepat dan kami bisa bersahabat sampai sekarang. Dengan mereka saya mulai bisa bercerita. Tanpa ada yg di lebihkan atay dikurangkan. 
Satu lagi yang paling berkesan di perantauan ini, mba Ade. 2 tahun bersama , tinggal dalam 1 rumah. Dari mba Ade saya benar benar belajar, memahami sudut pandang yg berbeda dari yg saya pahami sebelumnya. Mba Ade salah satu guru masak terbaik saya. Mba Ade punya banyak cerita yang menginspirasi. Dari mba ade saya melihat bagaimana kerasnya kehidupan kalangan bawah. Karna di indonesia sendiri kalangan bawah masih mendominasi populasi.
Perlahan, disini saya merasa seperti menyusun batu bata. Batu yang akan saya gunakan untuk melihat berbagai prespektif dengan bermacam kaca mata. Batu yang saya gunakan untuk keluar dari kondisi insecure yg sudah terbentuk sejak bertahun tahun yang lalu.
Namun batu yang belum selesai dibangun itu kini kembali runtuh. Saya perlu memperbaiki mulai dari bagian awal kembali. Mulai dari peletkan batu pertama. Mencari support system. Semoga Allah pertemukan dengan mereka yang bisa membantu saya membangun tangga untuk saya bisa melompati dinding ini. 

~
Zhee's story

Rabu, 16 Juni 2021

Menghargai Ilmu & Pemberi Ilmu

Bergerak dari sebuah kegelisahan atas sebuah fenomena di jaman covid ini. Saya melihat banyak diantara mahasiswa ataupun siswa yang tidak lagi menghargai ilmu. Ditengah pembatasan aktivitas ini, sekolah maupun kampus masih banyak yang melakukan sharring ilmu lewat media online. Its okkay, kalo metode ini dapat di jalankan dengan bener. Tapi kebanyakan dari pengguna nya tidak memanfaatkan kemudahan ini. 

Kemaren sempat ketemu salah seorang teman lama, yang sekarang sudah menjadi dosen di universitas IAIN Bukittinggi. Barakallah kk ii.. Di pertemuan itu kk ii sempat cerita, waktu berangkat kampus dia mesan ojek online yang ternyata driver nya salah satu mahasiswa di kampus IAIN tersebut. Dan di jam itu ternyata dia sedang ada kelas online. Bagaimana bisa diterima dengan baik sebuah ilmu kalau kita nya sendiri tidak bisa menghargai ilmu dan menghargai penyampai ilmu nya. Mau jadi apa anak bangsa kalo sekolah nya begini.
 
Emang serba salah dijaman ini. Pemerintah maupun masyarakat sama-sama ga siap menghadapi perubahan. Belum ada rasanya solusi yang bisa berdampak positif bagi semua lini. Pasti harus ada salah satu yang dikorbankan. Misal, di satu daerah pemerintah sudah menerapkan sekolah offline seperti biasa, namun dengan pembatasan jam pembelajaran. Qadharullah, beberapa hari setelah nya diketahui bahwa ada cluster penyebaran covid di sekolah tersebut, dan anak2 kembali diliburkan.

Nah, menurut hemat saya, mungkin sekolah online bisa dijalankan, jika setiap individu yg terlibat, baik guru maupun murid bener-benar berkomitmen untuk sama2 fokus dalam memahami setiap materi yang diberikan. Kenapa guru, karna di beberapa kasus guru nya sendiri sebenarnya ga siap dan gagap dalam pemanfaatan teknologi, sehingga sang guru hanya memberikan tugas demi tugas kepada murid-murid nya. Murid secara mandiri diminta mencari jawaban atas soal yg diberikan. Sesungguhnya metode ini akan membuat yg pintar semakin pintar, yang malas akan memilih melihat jawaban dari teman atau copy paste dari internet. 

Buat adik-adik yang sekarang sedang berjuang di bangku sekolah maupun perkuliahan, ingatlah, bahwa sekolah kalian ga gratis. Ada cost yang dikeluarkan oleh orang tua dan juga negara untuk proses pembelajaran kalian. Kalau ada cost pasti ada advantage yang diharapkan atas cost yang dikeluarkan. Advantage nya adalah lulusan lulusan terbaik untuk membangun bangsa dan negara ini. Kalo ga kita siapa lagi, masak pembangungan negara mau diberikan sepenuhnya kepada orang asing. Jangan sampai kita tertindas oleh bangsa asing di negara kita sendiri.

Waallahua'lam bissawwab.

Semangat berjuang para penerus bangsa.
Jalan kita masih sangat panjang.

With love
Zee

Man vs Woman

Dear me,

Pas banget malam ini dihiasi lantunan rintik hujan. Tadi sore menyempatkan meetup dg teman lama yg akan balik ke Depok. Banyak cerita yang kami bagi. Bagi ku, every moment you spent with other itu tempat ku menggali lagi berbagai macam emosi yg ada di setiap moment pada setiap orang. Belibet ya bahasa, tapi intinya disetiap pertemuan aku bisa lihat ternyata cewe tu gini yaa.. ternyata cowo tu gini yaa..

Nah, tadi kita sempat bahas, apa iya bagi cowo mudah banget buat ngelupain "moment" dan memilih untuk move on + bersikap biasa aja setelah meninggalkan moment tersebut. Beda banget sama cewe, yang setiap moment akan melekat dan susah buat di hapus dari memory nya.. entah itu kenangan manis atau kenangan pahit. 

Pas pula, beberapa hari yll aku baru selesai nonton kdrama come back couple. Amazing.. buat siapapun yg merasa ada yang ga beres dengan kehidupan nya saat ini, bisa coba cek spoiler nya deh.. nanti kalo mood aku buatin spoiler nya ✌

Nah, yg mau di highlight sekarang adalah komunikasi. Lagi lagi komunikasi. Bagi laki-laki mungkin emang komunikasi dirasa perlu secukup nya aja. Selagi dia bisa handle, okay, cewe ga perlu tau. Anggap aja ga ada apa-apa. Kalo dibahas takutnya dia baper, dll.. 

Tapi, tau ga sih cowo kalo cewe itu butuh penjelasan. Ga bisa gitu aja anggap masalah selesai tanpa adanya penjelasan. Apalagi ketika dia tau, dia pernah kamu perjuangkan, tapi kamu mengalah dan mundur karna tidak direstui oleh orang tua. 

Dilain sisi, banyak diantara kita, baik cewe atau cowo yg memili spekulasi spekulasi yang itu cuma tersimpan di kepala mereka. Mereka ga pernah mengeluarkan sedikitpun pertanyaan, untuk memastikan apakan spekulasi tersebut benar atau tidak. Dalam sebuah hubungan, mungkin ini yang sering menjadi hambatan dan petaka menuju kehancuran. Ada baiknya semua hal yg kamu pikirkan kamu ungkapkan. 

Tapi, ga bisa di pungkiri, kalo mengungkapkan pikiran bukanlah hal mudah. Butuh latihan dan pembiasaan. Apalagi bagi mereka yg tumbuh besar di keluarga yang tidak familiar dengan mengeluarkan ide pendapat dan buah pikir. Ini challenging banget. 

Buat teman teman semua yang membaca tulisan ini, aku mau tau donk cara kalian mengkomunikasikan pikiran atau salah dengan pasangan atau keluarga kalian..

Sekian dulu ketikan hati malam ini,

Have a good night,

With love,

Zee


Senin, 31 Mei 2021

Kenapa Milih Lanjut S2 (?)

 


dear all,

Sudah dua tahun ini saya mempertanyakan banyak hal, kenapa kenapa dan selalu kenapa. Sama seperti pertama kali masuk ke pondok pesantren di tahun 2006. Kenapa. Tapi fokus "kenapa" yang akan saya bahas pada postingan kali ini adalah kenapa memilih lanjut S2. Sejak lulus di tahun 2019, saya diminta balik ke kampung halaman. Di awal tahun 2020 saya mengikuti tes CPNS formasi Widyaiswara. Karna untuk lulusan S2 Manajemen SDM pilihan nya waktu itu hanya dua. dosen di IAIN atau widyaiswara. Namun qadharullah saya ga berhasil lolos ke tahap SKB. 

Kemudian di pertengahan tahun 2020 saya diajakin teman yang sudah jadi PNS di kampus Unand untuk mendaftar di sebagai asisten dosen. Enam bulan yang menyenangkan, mengajar adik-adik junior, namun jika posisinya saya sebagai dosen, mungkin tugas tersebut tidak lagi semenyenangkan ini. Lebih banyak tuntutan. Seiring jalannya waktu, saya banyak berfikir, kenapa dulu memilih lanjut S2, sedangkan dalam diri sendiri belum menemukan tujuan apa yang ingin di raih. Benar-benar let it flow aja waktu itu, iseng-iseng ikut Simak S2 (disuruh mama sih sebenarnya), tapi alhamdulillah lulus. 

Sampai di kampus, saya menemukan banyak juga diantara teman-teman yang memilih lanjut, tidak dengan visi-misi yang sudah mendarah daging. Memilih S2 karna tidak punya pilihan lain, belum punya kerjaan yang proper, disuruh atasan, karna pengen cuti kerja, dll. Meskipun banyak juga diantara mereka yang kuliah memang atas keinginan besar untuk mencapai suatu tujuan. 

Nah, yang ingin saya highlight dalam tulisan ini adalah, jangan sampai teman-teman memilih lanjut S2 karna ingin menghindari pertanyaan "kapan nikah? / kerja dimana sekarang? / udah tamat sarjana kok dirumah-rumah aja?" Sayang banget sama ilmu yang tersia-siakan. Belum lagi rugi finansial, mau itu pembiayaan bersumber dari beasiswa, ataupun dana pribadi. 

Namun dari pertanyaan kenapa ke pertanyaan kenapa lain nya, saya jadi banyak belajar. Apalagi pad ada yang konsulltasi (masuk S1 dan/atau S2). Saya lebih akan banyak bertanya, apa sebenarnya yang mereka sukai, apa jenis mata pelajaran tersebut benar-benar menjadi cita-cita nya dimasa depan. Sampai saya pernah meminta junior untuk merenung terlebih dahulu, benar ga cita-cita itu cita-cita nya, atau hanya ego dan gengsi. 

Saya melihat banyak banget yang setelah tamat ga tau mau kemana, udah kerja di suatu tempat, tapi ga bisa menikmati pekerjaannya. Mungkin akan lebih baik, jika kelas konseling benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik. Memetakan minat bakat dan apa tujuan murid-murid dalam mencari ilmu tersebut nantinya. 

with love
Zhee

Jumat, 13 Desember 2019

Hutang Pengasuhan

Page 2

Ada banyak sekali kasus “inner child” yang terjadi disekitar kita. Inner child merupakan kondisi saat ini yang dihasilkan dari pengalaman positif atau negatif pada masa lalu. Ketika seseorang yang terluka khususnya luka psikologis di masa lalu dapat terbawa-bawa bahkan hingga kakek nenek. Contohnya, apabila seseorang yang sudah berusia 40 tahun dan masih takut untuk naik ke lantai 30 berarti orang tersebut memiliki trauma di masa lalu dan menjadi hutang pengasuhan. Contoh lainnya, pada anak-anak yang suka menyendiri, memilih diam ketika di tanya oleh teman atau guru, atau bahkan tidak mau mengeluarkan pendapat ketika dimintai, merupakan salah satu inner child yang memiliki luka. Ada kesalahan pengasuhan yang mungkin terjadi di masa lalu. Hutang pengasuhan ini tidak melulu milik orang tua, bisa jadi ini kesalahan yang pernah tante, paman, atau bahkan kakek atau nenek.
Pada anak berusia 6 tahun yang memiliki banyak sekali pertanyaan dari kepala mungil-nya, malah di minta untuk tidak mempertanyakan hal seperti itu pada siapapun, maka ia akan merasa bertanya adalah hal yang tidak baik dilakukan. Terkadang ada pula orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk terlalu aktif ketika diluar rumah “jangan berisik, malu sama orang-orang”. larangan ini tanpa kita sadari dapat mematikan karakter dan kepercayaan diri sang anak. Akibatnya anak jadi malu-malu tidak pada tempatnya. Atau bahkan hingga dewasa dia tidak memiliki kepercayaan diri ketika bertemu orang baru.
Dalam sebuah seminar, Ayah Irwan Rinaldi membahas masalah hutang pengasuhan ini perlu diketahui sebelum melangkah jauh ke jenjang pernikahan. Untuk apa? Karena hutang pengasuhan yang belum selesai pada seorang ayah dan ibu dapat berdampak pada anak-anak mereka kedepan-nya. Sebisa mungkin, jika merasa ada yang salah dengan psikologis kita dan kita merasa itu sangat mengganggu pada kehidupan berumah tangga, maka sebaiknya selesaikan secara langsung dengan orang yang bersangkutan, berbicaralah. Itu akan membuat kamu merasa lega.

Bukittinggi, 13 Desember 2019
With Love 

Rabu, 11 Desember 2019

Proses menuju Magister di Ilmu Manajemen FEB UI

Dear all,

Alhamdulillah Officially M.S.M from FEB UI
  Setelah sekian abad gue ga buka blog ini, malam ini akhirnya gue merasa penuh dengan berbagai cerita yang dapat dibagikan di blog ini. Khususnya tentang kebahagiaan yang gue rasakan setelah berhasil menyelesaikan kuliah di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen di kampus bergengsi Universitas Indonesia. Dua tahun merupakan waktu yang begitu cepat berlalu. Disaat gue baru merasakan indahnya ukhuah, asyiknya menjadi mahasiswa pascasarjana, bertemu dengan berbagai latar bekangan profesional, gue harus mengakhiri perantauan ini dan kembali ke daerah asal.
  Sebelumnya gue mau berterima kasih banyak kepada mom and dad gue yang selalu support dan berdoa tanpa lelah demi keberhasilan anaknya di pulau sebrang. Terima kasih juga sangat-sangat kepada dosen terkece ibu Riani Rachmawati yang dengan penuh kesabaran dan penuh ide-ide membimbing saya dan teman-teman seperjuangan Eme dan Nadira. saranghaeyoibu💜
  Terima kasih ini juga gue ucapkan spesial buat kak Je a.k.a Jenita Rahmi sahabat terbaik yang selalu ada menemani disaat suka dan duka di semester terkahir khusunya. Emak gue selama di Depok. Masakin tiap hari, nanyain kabar, ajakin jalan, berenang, ngemol, ampe ke kajian ust Adi Hidayat di dunia lain Bekasi. Terima kasih juga semua genks HIMMPAS UI 2019, kalian kece pake banget, kalian tempat ku kembali ketika merasa hidup ini bukan hanya untuk duniawi, ada kewajiban dakwi yang setiap muslim miliki, membersamai tugas ini bersama kalian adalah hal-hal terindah yang tak akan gue lupakan genks. Keep Hamasah Stay Foolish! Stay Hungry! and  Stay Young! 
  Disini gue mau berbagi pengalaman dalam mencari ide hingga proses penulisan thesis gue yang mengangkat judul "Pengaruh Dukungan Atasan dan Dukungan Tempat Kerja terhadapWell-being Karyawan pada Perusahaan Startup di Indonesia". 
  Di akhir semester 2 gue ikut seminar brown bag yang diadain PPIM, kebetulan yang ngisi bu Riri which is akhirnya jadi pembimbing gue. 
  Dari judul brown bag ini aja udah menarik banget kan, nah setelah mengikuti seminar, gue dan eme yang sebelumnya juga udah gue mention diatas, menhampiri bu Riri dan menyatakan kalo kami berminat dengan riset beliau. Dan Alhamdulillah nya Bu Riri nerima kami, kami diminta datang ke kantor beliau beberapa hari kemudian untuk membicarakan ini. Yang luar biasanya, saat itu di semester 2 PPIM belum memberikan kami pembimbing thesis, jadilah berkat pertemuan itu di awal semester 3 gue dan Eme berhasil menjadi mahasiswa bimbingan bu Riri. 
  Untuk menulis tesis ini, dibutukan penggalian teori dan penelitian terdahulu dari beberapa jurnal, hingga akhirnya kita memilih 1 atau 2 atau lebih jurnal yang menjadi acuan dan pedoman dalam membentuk model penelitian. Kebetulan gue memilih untuk mereplikasi sebuah penelitian terdahulu yang modelnya persis sama hanya saja konteks nya gue meneliti ini di perusahaan start-up yang sebagian besar pekerjaan merupakan generasi millenials kan... Kontek tersebut menjadi kebaharuan dalam penelitian yang gue angkat. Ujian banget sih masa-masa disaat gue harus kesana kemari bawa surat izin dari PPIM dan proposal  penelitian ke perusahaan yang ada di jabodetabek. Gue mendapat banyak banget penolakan, dan akhirnya ada lima perusahaan yang cukup terkenal mau menerima proposal gue dan gue diperbolehkan menyebar kuisioner di perusahaan mereka. Dan sisanya gue nyebar online minta tolong ke teman-teman gue yang udah kerja duluan di perusahaan sejenis start-up. Finally, I got 224 data. 
  Ujian berikutnya adalah saat mengolah data. Gue harus mengolah ini menggunakan aplikasi Lisrel karna penelitian ini menggunakan variabel mediasi. Gue dan eme tidak jarang bolak balik salemba buat ketemu suhu nya SEM yaitu Pak Styo Hari Wijanto, tau donk kan kalian,,,  itulo yang nulis buku ini:
Makasih banyak Bapak atas waktu dan ilmunya.

  Setelah berhasil mengolah data, saatnya gue membaca dan menganalisis hasil dari penelitian ini. Jujur, buat gue untuk menganalisis berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya itu sulit banget.. Lebih mudah untuk menganalisis nya dengan logika dan fakta yang dialami sendiri atau dari cerita orang. Tapi saat ini gue berada di kelas akademisi, setiap tulisan musti ada sumber dan/atau kejelasan dari penelitian yang telah dilakukan. Dan pada akhirnya gue berhasil menyelesaikan tesis ini dalam waktu 1 tahun,, kelamaan sih, teman sekelas gue ada yang bisa 6 bulan soalnya.. hihihihi.. Luar biasa sih Mba Muthi ini. 
  Tanggal 13 Juni 2019 akhirnya gue dinyatakan Lulus sidang dengan beberapa revisi. Lulus ga semudah itu ferguso, hahahaha.. Dan tanggal 8 Juli 2019 gue eme dan nadira dinyatakan lulus secara sah setelah menyelesaikan revisi ke 3 dosen penguji kami. Thanks God..

 Oh iya.. sempat lupa, salah satu syarat yang ditetapin PPIM untuk kelulusan mahasiswa S2 adalah publikasi ilmiah, boleh jurnal nasional, internasional berskala Scopus, atau ikut konferensi internasional. Nah gue milih yang paling mudah proses nya, yaitu konferensi, kebetulan konf ini diadakan di Bali oleh President University. Nah kebetulan, alhamdulillah lagi ni, bersama bu Riri kami mengikuti Hibah Pitma-B, untuk penelitian, namun syaratnya hasil penelitian ini accepted di scopus. gue dan teman-teman nyangkanya kalo konf ini benar-benar terindeks scopus untuk proceedingnya, ternyata cuma untuk beberapa orang yang memiliki paper terbaik yang dapat dimuat di jurnal scopus tersebut. Jadilah gue dan eme ga dapat reimburse untuk perjalanan ini. hihihihihi. tapi ga papa, gue dapat pengalaman baru di pulau Bali.
  Dan pada akhirnya, untuk menuntaskan hutang ke Pitma-B gue dan eme harus nulis lagi, memodifikasi sedikit tesis kami untuk diikutsertakan dalam conference di IBIMA dan Alhamdulillah accepted: https://ibima.org/accepted-paper/the-influence-of-workplace-and-supervisor-support-on-employee-well-being-in-start-up-companies-in-indonesia/
  Alhamdulillah ga henti-hentinya gue ucapkan untuk banyak pencapaian yang telah gue lakukan dalam 2 tahun terakhir ini. Tapi gue masih merasa ada yang kurang, gue belum maksimal dalam berkontribusi untuk lingkungan gue, sekarang gue udah kembali ke masyarakat, gue harus membawa perubahan positif untuk lingkungan sekitar gue. Bantu doa nya ya genks..
  Ga nyangka tulisan ini bisa sepanjang ini, kalo ada yang mau bertanya bisa banget genks,, kontak langsung ke i.g gue aja yaa,,, https://www.instagram.com/zheefhaa/?hl=id

Bukittinggi, 11 Desember 2019
With Love