Rabu, 23 Juni 2021

insecure~

Dear,
Beberapa hari yang lalu saya mendapat beberapa pertanyaan yang membuat saya sadar akan betapa berharga nya diri kita. 
"Apa yang membuat mu berhasil keluar dari masalah terbesar mu?" Beberapa saat saya sempat terdiam, mencoba menggali memory masa lalu, apa masalah terbesar di hidup saya selama 20 tahun mulai mengenal dunia. Satu, satu hal yang terlintas, dari kecil saya merasa insecure dengan diri sendiri. Mungkin bisa di bilang sejak sd masalah ini menghantui saya. Insecure dg bentuk tubuh dan merasa I'm not a good girl. Bertubuh besar dan lebih tinggi di banding teman-teman seusia saya membuat saya tidak pd. Saya tidak mendapat dukungan dari lingkungan terdekat untuk bangkit dan percaya pada keindahan diri bukan berati memiliki fisik yang sempurna. Saat ini saya baru menyadari, kenapa dulu memiliki sifat yg tertutup. Sampai suatu saat, di kelas 2 smp, saya berani kan diri untuk mengungkapkan apa yg menjadi ganjalan di hati ke salah satu guru favorit saya. Bahkan ustazah sudah menangkap, kalo ada yg salah dg diri ini. "Kamu butuh bantuan psikolog". Dan sampai sekarang saya merasa bahwa ucapan itu bener, harusnya saya ikuti saran dari beliau. Namun saat itu, jawaban yg saya dapatkan, kamu ga sakit jiwa, ga perlu ke psikolog. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi membahas masalah ini. 
Sampai suatu titik, Allah izinkan saya menjadi bagian dari mahasiswa UI. Alhamdulillah, wa Syukurillah. Saya dipertemukan dengan teman-teman yang hebat, lingkungan kampus yg supportif, sampai lingkungan kosan yg luar biasa.
Mungkin kondisi juga yg membuat saya bisa keluar dari sisi introvert ini. Saya dipaksa untuk siap menghadapi kerasnya ibukota. Pernah suatu ketika, saya dan teman janjian untuk ketemu disebuah mall, kami pulang sekitar jam 9 malam, dan bagi saya yg awam dan belum pernah keluar malam apalagi di tempat baru, merasa benar2 takut. Kami masing2 memesan ojek online karna arah kosan yg berbeda. Dan yg terjadi, ojol saya datang sangat lambat dan saya ditinggal sendiri oleh teman saya. Kali pertama, ketakutan ini menghasilkan banyak spekulasi. Alhamdulillah, saya sampai kosan dg selamat, dan selama perjalanan mata ini ga lepas dari google maps. Thanks to Eme yang udah membentuk saya jadi pribadi yg lebih berani dan lebih siap menghadapi kondisi baru. Banyak hal yg saya dapat dari Eme, naik krl pertama kali pun eme yg ngajarin, maklum anak daerah baru pertama ke kota besar seorang diri.
Eme dan Nims adalah salah dua teman kelas terbaik yang berhasil membawa saya keluar dari zona intro ini.. 🤗
Disisi lain ada, ada kk je dan maya, kami bertiga disatukan dalam sebuah divisi, divisi makan-makan untuk sebuah acara seminar😂. Kedekatan kami bermula dari cicip mencicipi satu makanan ke makanan lain nya. Jalan ke satu resto ke resto lain nya. Ngga nyangka persahabatan ini terbentuk sangat cepat dan kami bisa bersahabat sampai sekarang. Dengan mereka saya mulai bisa bercerita. Tanpa ada yg di lebihkan atay dikurangkan. 
Satu lagi yang paling berkesan di perantauan ini, mba Ade. 2 tahun bersama , tinggal dalam 1 rumah. Dari mba Ade saya benar benar belajar, memahami sudut pandang yg berbeda dari yg saya pahami sebelumnya. Mba Ade salah satu guru masak terbaik saya. Mba Ade punya banyak cerita yang menginspirasi. Dari mba ade saya melihat bagaimana kerasnya kehidupan kalangan bawah. Karna di indonesia sendiri kalangan bawah masih mendominasi populasi.
Perlahan, disini saya merasa seperti menyusun batu bata. Batu yang akan saya gunakan untuk melihat berbagai prespektif dengan bermacam kaca mata. Batu yang saya gunakan untuk keluar dari kondisi insecure yg sudah terbentuk sejak bertahun tahun yang lalu.
Namun batu yang belum selesai dibangun itu kini kembali runtuh. Saya perlu memperbaiki mulai dari bagian awal kembali. Mulai dari peletkan batu pertama. Mencari support system. Semoga Allah pertemukan dengan mereka yang bisa membantu saya membangun tangga untuk saya bisa melompati dinding ini. 

~
Zhee's story

Rabu, 16 Juni 2021

Menghargai Ilmu & Pemberi Ilmu

Bergerak dari sebuah kegelisahan atas sebuah fenomena di jaman covid ini. Saya melihat banyak diantara mahasiswa ataupun siswa yang tidak lagi menghargai ilmu. Ditengah pembatasan aktivitas ini, sekolah maupun kampus masih banyak yang melakukan sharring ilmu lewat media online. Its okkay, kalo metode ini dapat di jalankan dengan bener. Tapi kebanyakan dari pengguna nya tidak memanfaatkan kemudahan ini. 

Kemaren sempat ketemu salah seorang teman lama, yang sekarang sudah menjadi dosen di universitas IAIN Bukittinggi. Barakallah kk ii.. Di pertemuan itu kk ii sempat cerita, waktu berangkat kampus dia mesan ojek online yang ternyata driver nya salah satu mahasiswa di kampus IAIN tersebut. Dan di jam itu ternyata dia sedang ada kelas online. Bagaimana bisa diterima dengan baik sebuah ilmu kalau kita nya sendiri tidak bisa menghargai ilmu dan menghargai penyampai ilmu nya. Mau jadi apa anak bangsa kalo sekolah nya begini.
 
Emang serba salah dijaman ini. Pemerintah maupun masyarakat sama-sama ga siap menghadapi perubahan. Belum ada rasanya solusi yang bisa berdampak positif bagi semua lini. Pasti harus ada salah satu yang dikorbankan. Misal, di satu daerah pemerintah sudah menerapkan sekolah offline seperti biasa, namun dengan pembatasan jam pembelajaran. Qadharullah, beberapa hari setelah nya diketahui bahwa ada cluster penyebaran covid di sekolah tersebut, dan anak2 kembali diliburkan.

Nah, menurut hemat saya, mungkin sekolah online bisa dijalankan, jika setiap individu yg terlibat, baik guru maupun murid bener-benar berkomitmen untuk sama2 fokus dalam memahami setiap materi yang diberikan. Kenapa guru, karna di beberapa kasus guru nya sendiri sebenarnya ga siap dan gagap dalam pemanfaatan teknologi, sehingga sang guru hanya memberikan tugas demi tugas kepada murid-murid nya. Murid secara mandiri diminta mencari jawaban atas soal yg diberikan. Sesungguhnya metode ini akan membuat yg pintar semakin pintar, yang malas akan memilih melihat jawaban dari teman atau copy paste dari internet. 

Buat adik-adik yang sekarang sedang berjuang di bangku sekolah maupun perkuliahan, ingatlah, bahwa sekolah kalian ga gratis. Ada cost yang dikeluarkan oleh orang tua dan juga negara untuk proses pembelajaran kalian. Kalau ada cost pasti ada advantage yang diharapkan atas cost yang dikeluarkan. Advantage nya adalah lulusan lulusan terbaik untuk membangun bangsa dan negara ini. Kalo ga kita siapa lagi, masak pembangungan negara mau diberikan sepenuhnya kepada orang asing. Jangan sampai kita tertindas oleh bangsa asing di negara kita sendiri.

Waallahua'lam bissawwab.

Semangat berjuang para penerus bangsa.
Jalan kita masih sangat panjang.

With love
Zee

Man vs Woman

Dear me,

Pas banget malam ini dihiasi lantunan rintik hujan. Tadi sore menyempatkan meetup dg teman lama yg akan balik ke Depok. Banyak cerita yang kami bagi. Bagi ku, every moment you spent with other itu tempat ku menggali lagi berbagai macam emosi yg ada di setiap moment pada setiap orang. Belibet ya bahasa, tapi intinya disetiap pertemuan aku bisa lihat ternyata cewe tu gini yaa.. ternyata cowo tu gini yaa..

Nah, tadi kita sempat bahas, apa iya bagi cowo mudah banget buat ngelupain "moment" dan memilih untuk move on + bersikap biasa aja setelah meninggalkan moment tersebut. Beda banget sama cewe, yang setiap moment akan melekat dan susah buat di hapus dari memory nya.. entah itu kenangan manis atau kenangan pahit. 

Pas pula, beberapa hari yll aku baru selesai nonton kdrama come back couple. Amazing.. buat siapapun yg merasa ada yang ga beres dengan kehidupan nya saat ini, bisa coba cek spoiler nya deh.. nanti kalo mood aku buatin spoiler nya ✌

Nah, yg mau di highlight sekarang adalah komunikasi. Lagi lagi komunikasi. Bagi laki-laki mungkin emang komunikasi dirasa perlu secukup nya aja. Selagi dia bisa handle, okay, cewe ga perlu tau. Anggap aja ga ada apa-apa. Kalo dibahas takutnya dia baper, dll.. 

Tapi, tau ga sih cowo kalo cewe itu butuh penjelasan. Ga bisa gitu aja anggap masalah selesai tanpa adanya penjelasan. Apalagi ketika dia tau, dia pernah kamu perjuangkan, tapi kamu mengalah dan mundur karna tidak direstui oleh orang tua. 

Dilain sisi, banyak diantara kita, baik cewe atau cowo yg memili spekulasi spekulasi yang itu cuma tersimpan di kepala mereka. Mereka ga pernah mengeluarkan sedikitpun pertanyaan, untuk memastikan apakan spekulasi tersebut benar atau tidak. Dalam sebuah hubungan, mungkin ini yang sering menjadi hambatan dan petaka menuju kehancuran. Ada baiknya semua hal yg kamu pikirkan kamu ungkapkan. 

Tapi, ga bisa di pungkiri, kalo mengungkapkan pikiran bukanlah hal mudah. Butuh latihan dan pembiasaan. Apalagi bagi mereka yg tumbuh besar di keluarga yang tidak familiar dengan mengeluarkan ide pendapat dan buah pikir. Ini challenging banget. 

Buat teman teman semua yang membaca tulisan ini, aku mau tau donk cara kalian mengkomunikasikan pikiran atau salah dengan pasangan atau keluarga kalian..

Sekian dulu ketikan hati malam ini,

Have a good night,

With love,

Zee